Minggu, 22 Juli 2012

Lomba Blog Sampoerna School of Education “Menjadi Pendidik” Periode Lomba: 30 Juni – 30 Juli 2012

Ayah dan Aku Seorang Pendidik Figur ayah telah memberikan banyak motivasi dalam perjalanan pendidikan ku. Ayahku seorang guru, beliaulah inspirasi ku sejak kecil menjadi guru seperti ayah yang kenal dengan banyak orang dimana pun berada selalu bertemu dengan muridnya. Ayahku hanya mampu menyelesaikan pendidikannya setelah SMK ke jenjang D1 sastra inggris di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, 1 tahun sekolah kemudian ayah mengikuti program oleh yayasan tersebut untuk mengajar di daerah-daerah. Mulai tahun 1980 ayah mengabdikan hidupnya hingga sekarang pada yayasan tersebut, dan kehidupan ,merantau diawali tahun itu juga hingga saat ini di kota Kebumen. SMP Taman Dewasa Karanganyar tempat ayah mengajar, sekitar 5 menit ayah setiap pagi berangkat mengayuh sepeda. Saat aku TK selalu bonceng krn TK ku satu yayasan dengan tempat kerja ayah. Aku senang jadi anak guru setiap tahun sekolah mengadakan study tour ayah selalu mengajak ku, gratis pergi ke tempat wisata pengalaman yang tak terlupakan. Apalagi jika pergi ke Yogyakarta mudik setiap tahun lebaran bersama ayah, kereta kami berhenti di stasiun tugu dan ayah selalu menyapa turis mengajaknya berbicara. Saat itu aku masih kecil hanya bisa menyaksikan ayahku mengobrol. Dalam benak hatiku kagum ayahku bisa berbicara dengan orang asing dan apa yang mereka bicarakan aku tidak tahu.... ooh ternyata ayah berbicara dengan bahasa inggris. Semoga jika aku besar kelak bisa berbicara seperti ayah. Apabila sebelum tidur kebiasaan ayah selalu mengajariku dengan telaten berhitung dalam bahasa inggris, membaca alfabet dll. Beliau selalu memberiku arahan dalam pendidikan. Hingga sampai saat ini ayah mempunyai banyak relasi diberbagai sekolah bahkan universitas. Memang jika kita mempunyai banyak relasi akan membawa keuntungan, hal ini terbukti karna ayahku mempunyai relasi di sebuah universitas kakak ku bisa ngantor disana. Semakin majunya peradaban zaman gelar S.Pd telah menggeser kedudukan ayahku di sekolah, dan kenyataan yang harus diterima oleh beliau adalah tidak mendapat jam mengajar seperti dulu. Namun hal ini tidak membuat ayahku kehilangan mata pencaharian. Ayah masih bisa menunggu perpustakaan di sekolah. Kini usiaku 24 tahun bisa menjadi seorang mahasiswa karna ayah dan ibu menuruti kemauan ku untuk lanjut ke universitas . jika dilihat secara finansial jelas sangat tidak mungkin penghasilan ayah Rp. 300.000,- perbulan untuk menyekolahkan anaknya ke universitas. Apakah ada uang untuk ditransfer padaku? belum lagi ketiga adikku yang masih duduk dibangku SMK dan SMP masih membutuhkan banyak biaya. Benar-benar harus bekerja keras untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya. Alhamdulillah selalu ada kebaikkan hingga saat ini aku kuliah di semester akhir. Aku mempunyai sebuah pedoman segala kekurangan yang ada bukanlah hambatan, itu adalah tantangan yang harus aku lewati. Jika aku berhasil mengatasi semua tantangan maka aku akan sukses. Insyaallah pendidikan sebagai investasi dari orang tua yang ditujukan pada ku ini akan di ridlai Allah SWT, setelah wisuda nanti aku pasti akan mengajar menggantikan posisi ayah dan membantu biaya sekolah adikku. Hidup berawal dari mimpi itu memang benar, mimpi kecilku ingin kuliah bahkan dulu aku sempat menginginkan kuliah di negeri australia tapi kini di syukuri saja aku bisa mengenyam pendidikan di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, kampus ku sering mendapat julukan kampus termurah..ya memang benar dengan biaya merakyat bisa ku raih gelar S.Pd.Si. Ayahlah yang berperan dalam memilihkan ku kampus ini. Tulisan ini aku dedikasikan untuk ayah, semoga ayah dan ibu selalu diberi kesehatan dan panjang umur. Harapan ku tulisan ini menjadi pertimbangan para dewan juri dan apabila menang nanti hadiahnya akan ku persembahkan untuk orang tua. Terima kasih

Selasa, 17 Juli 2012

Essay Beasiswa Dataprint

PENDIDIKAN SEKS PADA SEKOLAH Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang lebih dikenal dengan sex education sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang telah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal. Upaya ini perlu dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Mengingat selama ini banyak remaja yang memperoleh “pengetahuan” seksnya dari teman sebaya, membaca majalah,buku yang mengandung unsur pornografi,serta menonton film khusus dewasa yang bukan konsumsi sesuai umurnya, dsb. Oleh karena itu, perlu diupayakan adanya pendidikan seks di kalangan remaja pada pengajaran di sekolah. Masa remaja adalah masa peralihan antara anak dengan dewasa, dan belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak sekali kejadian-kejadian yang akan terjadi, tidak saja akan menentukan kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas hidup generasi berikutnya sehingga menempatkan masa ini sebagai masa krisis. Mengingat pentingnya hal tersebut, pendidikan seks secara benar perlu diajarkan. Terlebih bagi kita sebagai umat muslim, pendidikan seks yang Islami diajarkan kepada anak-anak yang menginjak remaja agar mereka tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak diinginkan dan mampu memahami perkembangannya sesuai kodratnya sebagai laki-laki dan perempuan. A. Perkembangan Selama Masa Remaja Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, yaitu umur kurang lebih 12-14 tahun. Masa puber atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang sangat cepat. Pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubahan permulaan remaja, kira-kira umur 14 tahun sampai 16 tahun. Remaja akhir yang kira-kira berumur 18 tahun sampai umur 20 tahun ditandai dengan transisi untuk mulai bertanggung jawab, membuat pilihan, dan berkesempatan untuk mulai menjadi dewasa (Wuryani,Esti:2002;93-94). Perkembangan fisik pada remaja mengalami perkembangan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan fisik mereka terlihat jelas pada tungkai kaki dan tangan, otot-otot tubuh bekembang pesat sehingga kelihatan bertubuh tinggi tetapi kepalanya masih mirip anak-anak. Pada pria akan nampak hal-hal seperti: (a) timbulnya rambut di daerah alat kelamin ‘public hair’, (b) timbulnya rambut di ketiak ‘axillary hair’ seringkali tumbuh rambut di lengan, kaki dan dada, (c) kulit menjadi lebih kasar, (d) kelenjar yang menghasilkan lemak di kulit ‘sebacious’ menjadi aktif sehingga timbul banyak jerawat, (e) kelenjar keringat bertambah besar dan aktif sehingga banyak keringat keluar, (f) otot tubuh, kaki dan tangan membesar, (g) timbulnya perubahan suara pada umur kurang lebih 13 tahun suara mulai membesar. Sedangkan pada wanita akan nampak hal sebagai berikut: (a) Perkembangan pinggul yang membesar dan menjadi bulat disebabkan oleh membesarnya tulang pinggul ‘pelvis’, (b) perkembangan buah dada, (c) timbulnya rambut di daerah kelamin, (d) timbulnya rambut di ketiak, (e) kelenjar sebaceous menjadi lebih besar dan aktif yang menyebabkan timbulnya jerawat, (f) kelenjar keringat menjadi lebih aktif, (g) tumbuhnya rambut di lengan dan kaki. Perkembangan psikis pada remaja meliputi beberapa hal yaitu: (a) ingin diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sendiri, ia tidak mau selalu diperlakukan sebagai anak-anak, mereka suka mencetuskan perasaannya jika dianggap perlu sampai memberontak tetapi belum dapat dikatakan menentang kewibawaan orang tua atau gurunya segera setelah kejadian itu biasanya mereka ingin damai kembali, (b) mereka menganggap kekuasaan orang tua sebagai suatu hal yang sudah semestinya asalkan orang tua bertindak bijaksana, mereka membutuhkan pimpinan yang jujur, tegas dan tindakannya tidak menyinggung rasa harga dirinya, (c) tidak begitu saja menerima segala sesuatu, perbuatan buruk dipandang buruk karena perbuatan itu merugikan dirinya sendiri bukan karena bentuk perbuatan itu memang buruk adanya, (d) perasaan harga diri semakin kuat, keberanian melewati batas, suka menyombongkan diri, sering bertindak tidak sopan dan gemar akan pengalaman yang luar biasa. B.Pendidikan Seks Bagi Remaja Secara Islami Dalam Islam, seks bukanlah semata wujud godaan syaitan. Seks juga bukan sesuatu yang kotor, jahat, atau pun yang harus dihindari, apapun bentuknya. Seks adalah karunia dan rahmat dari Tuhan dan merupakan gambaran dan kenikmatan surgawi yang akan tiba. Seks adalah aspek yang sangat penting dari perilaku manusia. Semua manusia memiliki tiga aspek sisi kepribadian, yaitu agama, intelektual dan fisik, serta memiliki gairah untuk memuaskan ketiganya. Islam menganjurkan bahwa ketiga aspek tersebut harus dipenuhi dengan cara yang suci dan sehat, tanpa berlebihan, tanpa tekanan, dan tanpa penderitaan, sesuai dengan perintah kitab suci. Setiap muslim percaya bahwa hubungan seksual adalah suci dan tidak bertentangan dengan keTuhanan, spiritualitas, atau keimanan. Karenanya, seks pun harus disalurkan sesuai dengan jalan yang benar serta harus ditahan dan dilakukan setelah pernikahan. Tujuan pendidikan seks adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugerah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja setelah menikah dan terhindar dari perilaku seks bebas. Pendidikan seks sejatinya telah dijelaskan di dalam agama Islam. Misalnya mengenalkan bahwa diri anak kita adalah laki-laki atau perempuan, bagaimana adik dilahirkan, mengapa kamar atau tempat tidur mereka dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, mengapa tidak boleh satu selimut walaupun dengan sesama perempuan atau laki-laki, bagaimana cara menutup aurat di luar rumah dan di dalam rumah, apa itu hubungan atau interaksi berbeda jenis, larangan berkhalwat (berdua-duaan), dan lain sebagainya. Pendidikan seks dalam Islam bahkan harus ditanamkan sejak kecil, sesuai dengan daya pikir pada usianya. Ini justru akan membentuk daya selektifnya dalam memilih pergaulan. Bahkan kelak ia akan menjadi remaja yang punya daya perubah lingkungan, bukan jadi remaja yang mudah berubah karena lingkungan. Konsep awal pendidikan seks dalam Islam dimulai dengan pengertian aurat yaitu bagian tubuh yang wajib ditutup, tidak boleh diperlihatkan dan kita pun tidak boleh melihat aurat orang lain. Bagi lelaki, auratnya antara pusat hingga ke paras lutut. Aurat wanita pula seluruh tubuhnya kecuali muka dan dua tapak tangan. Aurat adalah bahagian tubuh yang dapat membangkitkan nafsu syahwat. Sebab itu, Islam memerintahkan umatnya menutup aurat supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah memahami batasan aurat masing-masing, anak juga harus diajarkan bagaimana berperilaku sebagaimana jenis kelaminnya masing-masing agar tidak terjadi penyimpangan seksual. Berikut ini hadits Rasulullah yang membahas tentang hal tersebut: 1. Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: “Rasulullah SAW melaknati kaum lelaki yang kewanita-wanitaan dan kaum wanita yang kelaki-lakian.” Dalam sebuah riwayat dikatakan: “Rasulullah SAW mengutuk laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Bukhari) (Imam Nawawi,1999;504) 2. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah SAW mengutuk orang laki-laki yang memakai pakaian seperti orang perempuan, dan mengutuk orang perempuan yang memakai pakaian seperti orang laki-laki.” (HR. Abu Dawud) (Imam Nawawi,1999;504). Selanjutnya, Islam telah memerintahkan orang tua untuk memisahkan tempat tidur anak mereka apabila sampai masa dengan menyediakan bilik khusus untuk anak lelaki dan anak perempuan. Hal Ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW sebagai berikut: "Perintahlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat bila berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur mereka (laki-laki dan perempuan)." (HR. Abu Daud) Selain itu, orang tua perlu mendidik anak sejak kecil mengenai adab meminta izin. Hal ini penting terlebih ketika anak hendak memasuki kamar kedua orang tuanya. Dalam hal ini, Allah telah berfirman sebagai berikut: "Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur dewasa, maka hendaklah mereka (juga) meminta izin, seperti orang-orang yang lebih dewasa meminta izin." (QS. An-Nur: 59) Pendidikan seks dalam konsep Islam yang lainnya ialah bagaimana mendidik anak dan kita semua agar senantiasa menjaga pandangan mata. Ini bermakna seorang Muslim dilarang memandang benda haram seperti menonton film atau gambar porno yang akhirnya akan mengundang syahwat. Maka dari itu Allah secara tegas menyeru umatnya untuk menjaga pandangannya. Hal ini telah tertuang pula dalam kitab suci Al-Qur’an, yaitu: “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaulannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasan (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat.” (QS. An-Nur: 30-31) Adapun konsep yang amat penting dalam Islam mengenai seks ialah bagaimana Islam mengajarkan kita untuk menjaga diri dari pergaulan seks bebas yang biasa lazim disebut dengan berzina. Larangan keras tersebut telah tertuang dalam Al-Qur’an sebagai berikut: “Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32) Berangkat dari konsep-konsep Islam di atas, maka langkah-langkah penting yang harus kita lakukan dalam mengajarkan seks kepada remaja yaitu dengan: 1. Menanamkan nilai-nilai akhlak al-karimah sejak dini, serta memberikan keteladanan yang utuh dan mampu menginspirasi dan memberdayakan mereka. 2. Mengembangkan potensi remaja dan mengarahkannya menjadi lebih optimal melalui kegiatan dan pemantauan secara terus menerus. 3. Mengajarkan kedisiplinan, ketekunan, kemandirian, dan tanggungjawab dalam menjalankan berbagai hal. 4. Membangun komunikasi yang efektif antara orangtua dan anak, sesama di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. 5. Mengenalkan pendidikan seks yang benar dan Islami kepada anak dan remaja agar tidak terjadi penyimpangan. 6. Melakukan pendekatan intensif terhadap mereka, mengingat masa remaja merupakan masa yang bergejolak dan sejatinya mereka butuh perhatian yang lebih dari kita. 7. Mengajarkan pentingnya seks lewat jalur yang benar (pernikahan) dengan bahasa yang mudah dipahami oleh mereka agar pesan yang disampaikan tidak disalahartikan. 8. Sekolah yang baik memberikan banyak kesempatan bagi remaja untuk menggali potensi yang dimiliki, dengan bimbingan karier dan bimbingan pendidikan di perguruan tinggi akan membantu remaja melihat bagaimana kehidupan kedepan kelak sesuai karier pilihannya. 9. Kompetensi personal yang harus dimiliki oleh seorang guru sangat diperlukan disini, guru yang bisa menjalin sahabat dengan para siswanya sebagai motivator mereka. Perlunya pendidikan seks secara Islami bagi remaja dimaksudkan agar anak remaja dapat mengerti tentang seks yang benar dan sesuai dengan landasan atau dasar agama. Tanpa ada landasan agama yang kuat, generasi anak bangsa ini akan hancur terjerembab dalam pergaulan seks bebas yang sangat dilarang oleh agama. Pendidikan seks sendiri sejatinya telah dijelaskan di dalam agama Islam. Misalnya mengenalkan bahwa diri anak kita adalah laki-laki atau perempuan, bagaimana adik dilahirkan, mengapa kamar atau tempat tidur mereka dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, mengapa tidak boleh satu selimut walaupun dengan sesama perempuan atau laki-laki, bagaimana cara menutup aurat di luar rumah dan di dalam rumah, apa itu hubungan atau interaksi berbeda jenis, larangan berkhalwat (berdua-duaan), dan lain sebagainya. Akhir kata ini yang bisa saya tulis sebagai syarat menikuti program beasiswa yang diselenggarakan oleh Data Print (http://www. beasiswadataprint.com) semoga essay saya ini menjadi pertimbangan oleh para dewan juri. Amien...

Senin, 30 April 2012

PENENTUAN VISKOSITAS FLUIDA PADA EKSPERIMEN STOKES SEMINAR FISIKA Disusun Oleh : Nopita Setiawati (08690025) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Metode penentuan koefisien viskositas fluida dengan menggunakan eksperimen stokes, telah dilakukan uji yang bertujuan untuk mengetahui nilai viskositas minyak goreng. Metode yang digunakan adalah metode bola jatuh. Eksperimen dilakukan ketika bola telah bergerak dengan kecepatan konstan (GLB), maka berlaku W=F_A+Fs, dengan W = gaya berat benda, F_A= gaya angkat ke atas (gaya Archimedes), Fs= gaya gesek fluida (gaya stokes ). Eksperimen dimulai dengan menjatuhkan bola A dan bola B ke dalam fluida, dilanjutkan mencatat waktu tempuh bola (t) oleh variasi jarak (s) dari 20 cm sampai 50 cm. Kata kunci: Viskositas fluida, Stokes,Minyak goreng,GLB DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i ABSTRAK ii HALAMAN PERSETUJUAN iii HALAMAN PENGESAHAN iv HALAMAN MOTTO v HALAMAN PERSEMBAHAN vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI viii BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.2 Identifikasi Masalah 1 1.3 Pembatasan Masalah 1 1.4 Perumusan Masalah 1 1.5 Tujuan Penelitian 2 BAB II PEMBAHASAN 2 2.1 Viskositas Fluida 2 2.2 Koefisien Viskositas 3 2.3 Hukum Stokes 6 2.4 Metode Eksperimen 10 BAB III PEMBAHASAN 14 BAB IV PENUTUP 15 4.1 Kesimpulan 15 4.2 Saran-saran 15 DAFTAR PUSTAKA 16 LAMPIRAN-LAMPIRAN 17

Abstrak

PENENTUAN VISKOSITAS FLUIDA PADA EKSPERIMEN STOKES Winarti, M.Pd.Si 1), Nopita Setiawati 2) Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta http://www.uin-suka.ac.id Metode penentuan koefisien viskositas fluida dengan menggunakan eksperimen stokes, telah dilakukan uji yang bertujuan untuk mengetahui nilai viskositas minyak goreng. Metode yang digunakan adalah metode bola jatuh. Eksperimen dilakukan ketika bola telah bergerak dengan kecepatan konstan (GLB), maka berlaku W=F_A+Fs, dengan W = gaya berat benda, F_A= gaya angkat ke atas (gaya Archimedes), Fs= gaya gesek fluida (gaya stokes ). Eksperimen dimulai dengan menjatuhkan bola A dan bola B ke dalam fluida, dilanjutkan mencatat waktu tempuh bola (t) oleh variasi jarak (s) dari 20 cm sampai 50 cm. Kata kunci: Viskositas fluida, Stokes,Minyak goreng,GLB

Rabu, 11 April 2012

Proposal Skripsi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk itu setiap warga negara Indonesia tanpa memandang status sosial, ras,etnis, agama dan gender berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Kehadiran pendidikan yang bermutu merupakan prasyarat adanya sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu warga negara yang unggul secara intelektual, bermoral dengan mengaplikasikan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari, kompeten menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), produktif dalam karya dan memiliki komitmen yang tinggi untuk berbagai peran sosial, serta berdaya saing terhadap bangsa lain di era global.
Pembangunan pendidikan nasional perlu diarahkan pada peningkatan martabat manusia secara holistik, oleh karena itu lembaga pendidikan diharapkan mampu menjadi wahana strategis bagi upaya pengembangan segenap potensi individu, termasuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan bagi para peserta didik yang akan menjadi landaasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga cita-cita membangun manusia Indonesi seutuhnya dapat tercapai.
Pendidikan jika dipandang sebagai suatu proses, maka di dalamnya terdapat tiga unsur pokok yang saling berkaitan, yaitu tujuan belajar, pengalaman belajar, dan prosedur evaluasi. Tujuan belajar mengacu pada falsafah negara yang dituangkan dalam kurikulum pendidikan dan dalam setiap kurikulum pendidikan telah dirumuskan tujuan setiap mata pelajaran serta tujuan instruksional secara umum setiap pokok bahasan. Pengalaman belajar adalah proses pembelajaran yang terjadi, mencakup pemilihan metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi, rencana kegiatan kelas, serta pencapaian target akhir yang dapat dicapai oleh peserta didik. Dan prosedur evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh manakah perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik.(Apriyanti,2010:2)
Pengertian pembelajaran atau learning adalah suatu proses yang dilakukan siswa untuk mencapai sasaran belajarnya. Agar siswa dapat mencapai sasaran belajar secara optimal, maka siswa perlu menambah waktu belajar diluar kelas untuk membaca, menulis, diskusi dengan siswa lain, menyelesaikan soal-soal dan lain-lain. Berikutnya skenario pembelajaran formal di kelas menjadi belajar bersifat informal, terjadi di tempat-tempat yang tak terduga dan pada waktu yang tak terduga. (Ahmadi dkk,2010)
Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara peserta didik, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang dituangkan oleh pengajar atau fasilitator atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi, baik simbol verbal maupun simbol non verbal atau visual.
Untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari guru kepada siswa, biasanya guru menggunakan alat bantu mengajar berupa gambar, model, atau alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar, serta mempertinggi daya serap atau lebih dikenal sebagai alat bantu visual. Dengan berkembangnya teknologi pada pertengahan abad ke 20 guru juga menggunakan alat bantu audio visual dalam proses pembelajarannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari verbalisme yang mungkin terjadi jika hanya menggunakan alat bantu visual saja.
Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu siswa dalam memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat mempermudah siswa memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkrit. Hal ini sesuai dengan pendapat Jerome S Bruner bahwa siswa belajar melalui tiga tahapan yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Tahap enaktif yaitu tahap dimana siswa belajar dengan memanipulasi benda-benada konkrit. Tahap ikonik yaitu suatu tahap dimana siswa belajar dengan menggunakan gambar atau video. Sementara tahap simbolik yaitu tahap dimana siswa belajar dengan menggunakan kata-kata. (Supriatna,Dadang:2009)
Prinsip tahapan pembelajaran dari Jerome S Bruner ini dapat diterapkan dalam “Kerucut Pengalaman” atau “cone of experience” yang dikemukakan oleh Edgar Dale pada tahun 1946, seperti pada gambar berikut ini:

Gambar 1.1 Kerucut pengalaman Dale (Heinich,et.al.,2002:11) dalam makalah (Santyasa,Wayan.,2007:8).
Dunia pendidikan terus bergerak secara dinamis, khususnya untuk menciptakan media, metode, dan materi pendidikan yang semakin interaktif dan komperhensif. Media yang secara lazim tersedia antara lain: buku, majalah, jurnal,koran, tabloid untuk media offline, radio, TV, dan terakhir internet sebagai media online. (Oetomo, 2002: 119) dalam (Purnomo,Agung.,2006:23).
Teknologi tidak dapat menggantikan manusia. Teknologi semakin canggih komputer core i3, internet atau apapun tidak dapat menggantikan manusia. Bagaimanapun teknologi berkembang secara pesat, guru tetap sebagai yang “harus digugu dan ditiru”. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa media tidak dapat menggantikan posisi guru, namun sikap tidak peduli terhadap perkembangan pengetahuan dan teknologi, bukanlah sikap yang tepat. (Sutjiono,2005:77)
E-learning adalah suatu kemajuan penting dalam sistem pendidikan modern. Oleh karena itu, metode dan isi e-learning membuat perubahan dan tantangan baru dalam hal teknis dan sosial. Aspek baru ini muncul dari bagaimana orang berurusan dengan informasi, bagaimana mereka akan mendapatkan konten dalam situasi dan tempat belajar yang diinginkan.
Menurut Effendi (2005) dalam skripsi Purnomo,Agung (2006:19) e-learning adalah semua kegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi karena ada bermacam penggunaan e-learning saat ini, maka e-learning dibagi dua tipe yaitu :
(1) Synchronous training
Synchronous berarti ”pada waktu yang sama.” Jadi, synchronous training adalah tipe pelatihan, dimana proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika pengajar sedang mengajar dan murid sedang belajar.
(2) Asynchronous training
Asynchronous berarti ”tidak pada waktu yang bersamaan.” Jadi, seseorang dapat mengambil pelatihan pada waktu yang berbeda dengan pengajar memberikan pelatihan. Pelatihan ini lebih populer di dunia e-learning karena memberikan keuntungan lebih bagi peserta pelatihan karena dapat mengakses pelatihan kapanpun dan dimanapun.
E-learning dapat didefinisikan sebagai upaya menghubungkan pembelajar (murid) dengan sumber belajarnya (database, pakar/guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan. Interaktifitas dalam hubungan tersebut dapat dilakukan secara langsung maupun tidak lansung. E-learning atau electronic learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang.
Internet pada dasarnya adalah kumpulan informasi yang tersedia di komputer yang bisa diakses karena adanya jaringan yang tersedia di komputer tersebut. Oleh karena itu bisa dimengerti kalau e-learning bisa dilaksanakan karena jasa internet. Kini kemudahan koneksi internet telah sampai di beberapa lembaga pendidikan seperti Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA) yang bisa digunakan untuk guru, karyawan dan siswa. Namun tersedianya fasilitas koneksi internet di SMA hanya dapat diakses oleh siswa yang memiliki laptop.
Perkembangan perangkat telekomunikasi dan perangkat handphone saat ini sangat pesat. Banyak kalangan masyarakat dalam hal ini guru dan siswa sudah menggunakan handphone sebagai alat komunikasi, untuk mengirim pesan, menerima panggilan, padahal dengan handphone siswa dapat mengakses pelajaran. Sehingga
muncullah mobile learning sebagai salah satu alternatif media pembelajaran merupakan peluang yang menggembirakan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Dengan menggunakan perangkat bergerak (handphone), maka program mobile learning akan semakin mudah dijangkau dan dimanfaatkan. Jumlah pengguna handphone di Indonesia tercatat sebanyak 116 juta (Wireless Intelligent, per September 2008) dan menempati urutan ke-6 terbanyak di dunia. Namun kenyataan di lapangan ternyata belum seperti kondisi ideal yang diharapkan. Dari sejumlah pengguna handphone di Indonesia ternyata sebagian besar hanya diperuntukkan untuk telepon, SMS dan chatting. Belum banyak yang digunakan untuk pemanfaatan pembelajaran dalam dunia pendidikan. Tantangan yang ada adalah belum banyak tersedia konten-konten pembelajaran berbasis mobile yang bisa diakses secara luas. Kebanyakan konten yang beredar di pasaran masih didominasi konten hiburan yang memiliki aspek pendidikan yang kurang. Kenyataan ini memunculkan kebutuhan akan adanya pengembangan-pengembangan konten/aplikasi berbasis perangkat bergerak (handphone) yang lebih banyak, beragam, murah dan mudah diakses. (Triarso,Agus:2010).
Mobile learning mengacu pada teknologi handphone sebagai media pembelajaran. Mobile learning adalah pembelajaran yang unik karena setiap peserta didik dapat mengakses materi pembelajaran kapanpun dan dimanapun. Salah satu alternatif bahwa layanan pembelajaran harus dilaksanakan dimanapun dan kapanpun, maka pemikiran dalam mengembangkan mobile learning ini sangat didasari oleh alasan-alasan pokok diantaranya:
1. Dapat digunakan kapanpun dan dimanapun (online/offline).
2. Cakupan luas, dapat menggunakan jaringan seluler komersial (GSM,GPRS,CDMA) tanpa harus membangun sendiri. Jaringan tersediadimana-mana.
3. Integrasi dengan sistem yang ada khususnya mampu integrasi dengan e-learning dan integrasi dengan sistem informasi akademik.
Mobile learning yang akan dikembangkan untuk pelajaran fisika di sekolah menengah atas menggunakan perangkat lunak Moodle dan Mobile Learning Engine (MLE). Moodle adalah sebuah jalan menuju pendidikan tanpa batas (Prakoso,2005:14). Moodle (Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment) merupakan paket software dapat digunakan secara bebas yang dirancang untuk mengembangkan kegiatan belajar berbasis internet dan website. Beberapa fasilitas yang disediakan oleh moodle antara lain: menu bacaan, menu penugasan, menu chat, menu forum, menu pilihan, menu kuis, dan sebagainya (Prakoso,2005:3).
Fisika ialah suatu cara untuk melihat alam semesta ini, memahami bagaimana semesta ini bekerja, dan bagaimana berbagai bagian di dalamnya berkaitan satu sama lain (Young dan Freedman,2002:1). Fisika pada tingkat SMA merupakan ilmu yang mempelajari fenomenas-fenomena alam sehingga merupakan dasar dari ilmu pengetahuan. Dasar-dasar ilmu pengetahuan tersebut disusun dalam materi-materi pokok mata pelajaran fisika.
Berdasarkan hasil observasi dengan guru fisika kelas XI di SMA N 2 Banguntapan,Bantul dan SMA N 8 Yogyakarta peranan media pembelajaran sangat membantu khususnya dalam menyampaikan materi-materi fisika yang bersifat abstrak. Media pembelajaran yang digunakan pun sudah sangat beragam mulai dari slide power point dengan bantuan laptop/komputer dan LCD, animasi menggunakan macromedia flash hingga ke project media pembelajaran yang dikembangkan oleh siswa sendiri sebagai tugas kelompok. Ketika siswa merasa tertarik dengan media yang digunakan maka siswa ingin mencoba membuat sendiri media tersebut. Hal ini tentu memberikan respon positif karena selain siswa dapat memahami konsep yang disampaikan dalam media, siswa juga akan belajar mengenai teknologi yang mendukung media tersebut.Setiap siswa unik dalam belajar fisika oleh karena itu guru pun harus ikut unik agar bisa diterima oleh mereka.
Sejalan dengan pendapat kedua guru tersebut dan berdasarkan kenyataan seperti tersedianya kemudahan akses internet untuk penerapan e-learning dan perkembangan teknologi perangkat handphone menjadi tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan media pembelajaran mobile learning sebagai daya dukung pembelajaran fisika. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan warna baru dalam media pembelajaran yang unik bagi siswa karena siswa dapat mengakses materi pembelajaran kapanpun dan dimanapun, sehingga penerapan e-learning di sekolah lebih optimal.