Senin, 30 April 2012

PENENTUAN VISKOSITAS FLUIDA PADA EKSPERIMEN STOKES SEMINAR FISIKA Disusun Oleh : Nopita Setiawati (08690025) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Metode penentuan koefisien viskositas fluida dengan menggunakan eksperimen stokes, telah dilakukan uji yang bertujuan untuk mengetahui nilai viskositas minyak goreng. Metode yang digunakan adalah metode bola jatuh. Eksperimen dilakukan ketika bola telah bergerak dengan kecepatan konstan (GLB), maka berlaku W=F_A+Fs, dengan W = gaya berat benda, F_A= gaya angkat ke atas (gaya Archimedes), Fs= gaya gesek fluida (gaya stokes ). Eksperimen dimulai dengan menjatuhkan bola A dan bola B ke dalam fluida, dilanjutkan mencatat waktu tempuh bola (t) oleh variasi jarak (s) dari 20 cm sampai 50 cm. Kata kunci: Viskositas fluida, Stokes,Minyak goreng,GLB DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i ABSTRAK ii HALAMAN PERSETUJUAN iii HALAMAN PENGESAHAN iv HALAMAN MOTTO v HALAMAN PERSEMBAHAN vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI viii BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.2 Identifikasi Masalah 1 1.3 Pembatasan Masalah 1 1.4 Perumusan Masalah 1 1.5 Tujuan Penelitian 2 BAB II PEMBAHASAN 2 2.1 Viskositas Fluida 2 2.2 Koefisien Viskositas 3 2.3 Hukum Stokes 6 2.4 Metode Eksperimen 10 BAB III PEMBAHASAN 14 BAB IV PENUTUP 15 4.1 Kesimpulan 15 4.2 Saran-saran 15 DAFTAR PUSTAKA 16 LAMPIRAN-LAMPIRAN 17

Abstrak

PENENTUAN VISKOSITAS FLUIDA PADA EKSPERIMEN STOKES Winarti, M.Pd.Si 1), Nopita Setiawati 2) Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta http://www.uin-suka.ac.id Metode penentuan koefisien viskositas fluida dengan menggunakan eksperimen stokes, telah dilakukan uji yang bertujuan untuk mengetahui nilai viskositas minyak goreng. Metode yang digunakan adalah metode bola jatuh. Eksperimen dilakukan ketika bola telah bergerak dengan kecepatan konstan (GLB), maka berlaku W=F_A+Fs, dengan W = gaya berat benda, F_A= gaya angkat ke atas (gaya Archimedes), Fs= gaya gesek fluida (gaya stokes ). Eksperimen dimulai dengan menjatuhkan bola A dan bola B ke dalam fluida, dilanjutkan mencatat waktu tempuh bola (t) oleh variasi jarak (s) dari 20 cm sampai 50 cm. Kata kunci: Viskositas fluida, Stokes,Minyak goreng,GLB

Rabu, 11 April 2012

Proposal Skripsi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk itu setiap warga negara Indonesia tanpa memandang status sosial, ras,etnis, agama dan gender berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Kehadiran pendidikan yang bermutu merupakan prasyarat adanya sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu warga negara yang unggul secara intelektual, bermoral dengan mengaplikasikan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari, kompeten menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), produktif dalam karya dan memiliki komitmen yang tinggi untuk berbagai peran sosial, serta berdaya saing terhadap bangsa lain di era global.
Pembangunan pendidikan nasional perlu diarahkan pada peningkatan martabat manusia secara holistik, oleh karena itu lembaga pendidikan diharapkan mampu menjadi wahana strategis bagi upaya pengembangan segenap potensi individu, termasuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan bagi para peserta didik yang akan menjadi landaasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga cita-cita membangun manusia Indonesi seutuhnya dapat tercapai.
Pendidikan jika dipandang sebagai suatu proses, maka di dalamnya terdapat tiga unsur pokok yang saling berkaitan, yaitu tujuan belajar, pengalaman belajar, dan prosedur evaluasi. Tujuan belajar mengacu pada falsafah negara yang dituangkan dalam kurikulum pendidikan dan dalam setiap kurikulum pendidikan telah dirumuskan tujuan setiap mata pelajaran serta tujuan instruksional secara umum setiap pokok bahasan. Pengalaman belajar adalah proses pembelajaran yang terjadi, mencakup pemilihan metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi, rencana kegiatan kelas, serta pencapaian target akhir yang dapat dicapai oleh peserta didik. Dan prosedur evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh manakah perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik.(Apriyanti,2010:2)
Pengertian pembelajaran atau learning adalah suatu proses yang dilakukan siswa untuk mencapai sasaran belajarnya. Agar siswa dapat mencapai sasaran belajar secara optimal, maka siswa perlu menambah waktu belajar diluar kelas untuk membaca, menulis, diskusi dengan siswa lain, menyelesaikan soal-soal dan lain-lain. Berikutnya skenario pembelajaran formal di kelas menjadi belajar bersifat informal, terjadi di tempat-tempat yang tak terduga dan pada waktu yang tak terduga. (Ahmadi dkk,2010)
Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara peserta didik, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang dituangkan oleh pengajar atau fasilitator atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi, baik simbol verbal maupun simbol non verbal atau visual.
Untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari guru kepada siswa, biasanya guru menggunakan alat bantu mengajar berupa gambar, model, atau alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar, serta mempertinggi daya serap atau lebih dikenal sebagai alat bantu visual. Dengan berkembangnya teknologi pada pertengahan abad ke 20 guru juga menggunakan alat bantu audio visual dalam proses pembelajarannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari verbalisme yang mungkin terjadi jika hanya menggunakan alat bantu visual saja.
Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu siswa dalam memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat mempermudah siswa memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkrit. Hal ini sesuai dengan pendapat Jerome S Bruner bahwa siswa belajar melalui tiga tahapan yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Tahap enaktif yaitu tahap dimana siswa belajar dengan memanipulasi benda-benada konkrit. Tahap ikonik yaitu suatu tahap dimana siswa belajar dengan menggunakan gambar atau video. Sementara tahap simbolik yaitu tahap dimana siswa belajar dengan menggunakan kata-kata. (Supriatna,Dadang:2009)
Prinsip tahapan pembelajaran dari Jerome S Bruner ini dapat diterapkan dalam “Kerucut Pengalaman” atau “cone of experience” yang dikemukakan oleh Edgar Dale pada tahun 1946, seperti pada gambar berikut ini:

Gambar 1.1 Kerucut pengalaman Dale (Heinich,et.al.,2002:11) dalam makalah (Santyasa,Wayan.,2007:8).
Dunia pendidikan terus bergerak secara dinamis, khususnya untuk menciptakan media, metode, dan materi pendidikan yang semakin interaktif dan komperhensif. Media yang secara lazim tersedia antara lain: buku, majalah, jurnal,koran, tabloid untuk media offline, radio, TV, dan terakhir internet sebagai media online. (Oetomo, 2002: 119) dalam (Purnomo,Agung.,2006:23).
Teknologi tidak dapat menggantikan manusia. Teknologi semakin canggih komputer core i3, internet atau apapun tidak dapat menggantikan manusia. Bagaimanapun teknologi berkembang secara pesat, guru tetap sebagai yang “harus digugu dan ditiru”. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa media tidak dapat menggantikan posisi guru, namun sikap tidak peduli terhadap perkembangan pengetahuan dan teknologi, bukanlah sikap yang tepat. (Sutjiono,2005:77)
E-learning adalah suatu kemajuan penting dalam sistem pendidikan modern. Oleh karena itu, metode dan isi e-learning membuat perubahan dan tantangan baru dalam hal teknis dan sosial. Aspek baru ini muncul dari bagaimana orang berurusan dengan informasi, bagaimana mereka akan mendapatkan konten dalam situasi dan tempat belajar yang diinginkan.
Menurut Effendi (2005) dalam skripsi Purnomo,Agung (2006:19) e-learning adalah semua kegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi karena ada bermacam penggunaan e-learning saat ini, maka e-learning dibagi dua tipe yaitu :
(1) Synchronous training
Synchronous berarti ”pada waktu yang sama.” Jadi, synchronous training adalah tipe pelatihan, dimana proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika pengajar sedang mengajar dan murid sedang belajar.
(2) Asynchronous training
Asynchronous berarti ”tidak pada waktu yang bersamaan.” Jadi, seseorang dapat mengambil pelatihan pada waktu yang berbeda dengan pengajar memberikan pelatihan. Pelatihan ini lebih populer di dunia e-learning karena memberikan keuntungan lebih bagi peserta pelatihan karena dapat mengakses pelatihan kapanpun dan dimanapun.
E-learning dapat didefinisikan sebagai upaya menghubungkan pembelajar (murid) dengan sumber belajarnya (database, pakar/guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan. Interaktifitas dalam hubungan tersebut dapat dilakukan secara langsung maupun tidak lansung. E-learning atau electronic learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang.
Internet pada dasarnya adalah kumpulan informasi yang tersedia di komputer yang bisa diakses karena adanya jaringan yang tersedia di komputer tersebut. Oleh karena itu bisa dimengerti kalau e-learning bisa dilaksanakan karena jasa internet. Kini kemudahan koneksi internet telah sampai di beberapa lembaga pendidikan seperti Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA) yang bisa digunakan untuk guru, karyawan dan siswa. Namun tersedianya fasilitas koneksi internet di SMA hanya dapat diakses oleh siswa yang memiliki laptop.
Perkembangan perangkat telekomunikasi dan perangkat handphone saat ini sangat pesat. Banyak kalangan masyarakat dalam hal ini guru dan siswa sudah menggunakan handphone sebagai alat komunikasi, untuk mengirim pesan, menerima panggilan, padahal dengan handphone siswa dapat mengakses pelajaran. Sehingga
muncullah mobile learning sebagai salah satu alternatif media pembelajaran merupakan peluang yang menggembirakan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Dengan menggunakan perangkat bergerak (handphone), maka program mobile learning akan semakin mudah dijangkau dan dimanfaatkan. Jumlah pengguna handphone di Indonesia tercatat sebanyak 116 juta (Wireless Intelligent, per September 2008) dan menempati urutan ke-6 terbanyak di dunia. Namun kenyataan di lapangan ternyata belum seperti kondisi ideal yang diharapkan. Dari sejumlah pengguna handphone di Indonesia ternyata sebagian besar hanya diperuntukkan untuk telepon, SMS dan chatting. Belum banyak yang digunakan untuk pemanfaatan pembelajaran dalam dunia pendidikan. Tantangan yang ada adalah belum banyak tersedia konten-konten pembelajaran berbasis mobile yang bisa diakses secara luas. Kebanyakan konten yang beredar di pasaran masih didominasi konten hiburan yang memiliki aspek pendidikan yang kurang. Kenyataan ini memunculkan kebutuhan akan adanya pengembangan-pengembangan konten/aplikasi berbasis perangkat bergerak (handphone) yang lebih banyak, beragam, murah dan mudah diakses. (Triarso,Agus:2010).
Mobile learning mengacu pada teknologi handphone sebagai media pembelajaran. Mobile learning adalah pembelajaran yang unik karena setiap peserta didik dapat mengakses materi pembelajaran kapanpun dan dimanapun. Salah satu alternatif bahwa layanan pembelajaran harus dilaksanakan dimanapun dan kapanpun, maka pemikiran dalam mengembangkan mobile learning ini sangat didasari oleh alasan-alasan pokok diantaranya:
1. Dapat digunakan kapanpun dan dimanapun (online/offline).
2. Cakupan luas, dapat menggunakan jaringan seluler komersial (GSM,GPRS,CDMA) tanpa harus membangun sendiri. Jaringan tersediadimana-mana.
3. Integrasi dengan sistem yang ada khususnya mampu integrasi dengan e-learning dan integrasi dengan sistem informasi akademik.
Mobile learning yang akan dikembangkan untuk pelajaran fisika di sekolah menengah atas menggunakan perangkat lunak Moodle dan Mobile Learning Engine (MLE). Moodle adalah sebuah jalan menuju pendidikan tanpa batas (Prakoso,2005:14). Moodle (Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment) merupakan paket software dapat digunakan secara bebas yang dirancang untuk mengembangkan kegiatan belajar berbasis internet dan website. Beberapa fasilitas yang disediakan oleh moodle antara lain: menu bacaan, menu penugasan, menu chat, menu forum, menu pilihan, menu kuis, dan sebagainya (Prakoso,2005:3).
Fisika ialah suatu cara untuk melihat alam semesta ini, memahami bagaimana semesta ini bekerja, dan bagaimana berbagai bagian di dalamnya berkaitan satu sama lain (Young dan Freedman,2002:1). Fisika pada tingkat SMA merupakan ilmu yang mempelajari fenomenas-fenomena alam sehingga merupakan dasar dari ilmu pengetahuan. Dasar-dasar ilmu pengetahuan tersebut disusun dalam materi-materi pokok mata pelajaran fisika.
Berdasarkan hasil observasi dengan guru fisika kelas XI di SMA N 2 Banguntapan,Bantul dan SMA N 8 Yogyakarta peranan media pembelajaran sangat membantu khususnya dalam menyampaikan materi-materi fisika yang bersifat abstrak. Media pembelajaran yang digunakan pun sudah sangat beragam mulai dari slide power point dengan bantuan laptop/komputer dan LCD, animasi menggunakan macromedia flash hingga ke project media pembelajaran yang dikembangkan oleh siswa sendiri sebagai tugas kelompok. Ketika siswa merasa tertarik dengan media yang digunakan maka siswa ingin mencoba membuat sendiri media tersebut. Hal ini tentu memberikan respon positif karena selain siswa dapat memahami konsep yang disampaikan dalam media, siswa juga akan belajar mengenai teknologi yang mendukung media tersebut.Setiap siswa unik dalam belajar fisika oleh karena itu guru pun harus ikut unik agar bisa diterima oleh mereka.
Sejalan dengan pendapat kedua guru tersebut dan berdasarkan kenyataan seperti tersedianya kemudahan akses internet untuk penerapan e-learning dan perkembangan teknologi perangkat handphone menjadi tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan media pembelajaran mobile learning sebagai daya dukung pembelajaran fisika. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan warna baru dalam media pembelajaran yang unik bagi siswa karena siswa dapat mengakses materi pembelajaran kapanpun dan dimanapun, sehingga penerapan e-learning di sekolah lebih optimal.